Kamis, 23 November 2023

Dakwah Islam di Masa Nabi dan Masa Kini

Dakwah Islam di Masa Nabi dan Masa Kini masa Nabi saw dan masa kini. 

Editor: Murastria Jawanto

Ini merupakan sunnatullah Kolomnis .Allah swt memerintahkan Nabi saw untuk mendakwahkan Islam secara santun, penuh hikmah dan bijaksana. Seperti itu pula dakwah Islam di masa kini yang semestinya diteladani oleh umatnya. Dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman

“Serulah (manusia) menuju jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” (QS An-Nahl: 125).   

Semangat Dakwah Harus Dibarengi Pemahaman Keagamaan yang Mumpuni   Dakwah Islam di Masa Nabi Syekh Syihabuddin Mahmud ibn Abdullah al-Husaini al-Alusi (wafat 1270 H), mengatakan bahwa ayat di atas merupakan potret dakwah Islam di era Nabi saw. Dakwah dengan hikmah, pengajaran yang baik, hingga perdebatan diposisikan pada orang-orang tertentu.

  Setidaknya ada tiga kelompok yang dihadapi Nabi saw pada waktu itu: 

1. Orang khusus (khawas), yaitu orang-orang yang memiliki jiwa mulia dan akal cerdas, sehingga dengan mudah memahami dakwah Islam. Mereka pun memang punya kecondongan untuk memeluk agama Islam. Kelompok pertama ini diajak memeluk agama Islam dengan cara penuh hikmah. 

2. Orang awam, yaitu orang-orang yang memiliki jiwa hina dan akal sempit, sehingga sulit memahami dakwah Islam. Mereka juga memiliki keyakinan kuat dengan semua tradisi Jahiliyah, akan tetapi mereka tidak menentang dakwah Islam. Kelompok kedua ini diajak memeluk agama Islam melalui pengajaran yang baik atau mauizhatul hasanah. 

3. Orang-orang yang menentang risalah Nabi saw dan berani mendebatnya untuk mengalahkan kebenaran dakwah Islam yang dibawa olehnya. Hal itu disebabkan fanatisme buta terhadap ajaran nenek moyang mereka yang sudah tertanam di hati. Karenanya, dakwah dengan hikmah dan ajaran yang baik tidak bermanfaat bagi mereka, akan tetapi perlu mengahdapi argumen yang mereka sodorkan dengan nalar dan dalil yang lebih rasional. Kelompok ketiga ini diajak memeluk agama Islam dengan cara mendebat dan mematahkan argumentasi-argumentasi yang mereka ajukan. Meski demikian, perdebatan Nabi saw dengan mereka berlangsung secara baik. Tidak ada satu kata kasar pun yang keluar dari lisan Nabi saw. (Al-Alusi, Rûhul Ma’ânî fî Tafsîril Qur’ânil ‘Adzîm was Sab’il Matsânî, [Beirut, Dârul Kutubil ‘Ilmiyah, cetakan pertama: 1415 H], tahqiq: Syekh Ali bin Abdul Bari, juz III, halaman 373).   Baca: Dakwah Ramah Tanpa Amarah Demikian potret dakwah Islam di masa Nabi saw kepada umat manusia, tanpa jalan kekerasan. Lantas bagaimana cara dakwah umat Nabi Muhammad saw di masa kini? 

Dakwah Islam di Masa Kini Mengutip penjelasan Habib Abu Bakar al-Adni dalam kitabnya Fiqhud Da’wah, ada dua ayat Al-Qur’an yang harus diperhatikan yang berkaitan dengan dakwah Islam masa kini. 

Kesatu Ayat perihal anjuran kepada umat Islam untuk selalu mengajak orang lain melakukan kebaikan, sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Qur’an:

“Dan hendaklah di antara kalian ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar; dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali ‘Imran: 104).   

Baca: Perlu Kearifan dan Kedewasaan dalam Mengakses Dakwah Digital 2.Ayat perihal larangan untuk mendakwahkan Islam dengan cara yang justru menyebabkan perpecahan dan pertikaian antarumat Islam, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:

“Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (QS Ali ‘Imran: 105). 

Kedua ayat di atas menurut Habib Abu Bakar al-Adani merupakan pedoman yang harus dijadikan prinsip dakwah Islam oleh semua umat yang memiliki otoritas menyampaikan ajaran-ajaran Islam, sebagai representasi perjuangan Nabi Muhammad saw. Dakwah Islam harus disampaikan dengan penuh kebaikan, tanpa kekerasan yang justru menimbulkan perpecahan, sebagaimana dakwah Islam yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. (Abu Bakar al-Adni, Fiqhud Dakwah fil Marhalatil Mu’âshirah, [Maktabah Jumhuriyah al-Yamaniyah], halaman 12-13).   

2 Prinsip Dakwah Islam Dari penjelasan di atas, ada dua prinsip yang perlu diperhatikan ketika berdakwah, yaitu:

  1. Mengikuti prosedur yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan mengikuti teladan dakwah Islam yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, sebagaimana tergambar pada surat an-Nahl ayat 125 di atas. 
  2. Menjauhi segala cara dakwah yang berpotensi menimbulkan pertikaian dan perpecahan antara umat Islam. Sebab, prinsip dalam Islam sendiri adalah menjunjung tinggi persatuan dan perdamaian.   Baca: Kiai Said Jelaskan Empat Etika Dakwah dalam Islam yang Perlu Dipegang Perjalanan dakwah Islam terus melaju dari satu zaman menuju zaman lainnya, dari satu masa sampai masa yang lain. Semuanya menjadi saksi bahwa Nabi saw telah sukses membumikan Islam dengan ajaran yang ramah, moderat, penuh hikmah, dan sangat santun. Betapa banyak orang kafir Makkah dan sekitarnya berbondong-bondong masuk Islam di hadapan Nabi saw dengan penuh kerelaaan, setelah melihat secara langsung akhlak dan kelembutannya dalam menyampaikan dakwah Islam. Wallâhu a’lam.   Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan.     

Semoga mudah dipahami amin....!!!!

PENGARUH ISLAM DI KEHIDUPAN MASA KINI

 PENGARUH ISLAM DI KEHIDUPAN MASA KINI 

Walaupun masa jaya Kerajaan Islam di Nusantara tidak berlangsung lama, namun tetap memberikan pengaruh besar yang masih bisa kita rasakan saat ini. Bahkan, sekarang Indonesia menjadi negara yang memiliki penduduk beragama Islam terbanyak di dunia. Selain berpengaruh pada kepercayaan masyarakat Nusantara masa itu, kehadiran Islam tentunya juga memengaruhi aspek lainnya. Simak yuk pengaruh Islam di kehidupan masa kini!

Kehidupan Ekonomi

ekonominya berkesiambungan. islam menjadi dominan usahawan

Akulturasi Budaya Islam dengan Nusantara

banyak sekali perubahan -perubahan kembalinya dan datangnya budaya di nusantara dimasing masing pulau nusantra dari pemikiran-pemikiran manusianya. budaya islam terkadang kian menukik kadang kian menurun. Mengaji terus kitab alquran dibeberapa budaya islam dinusantara.

Semoga mudah dipahami oleh kita semua...!!!!

Selasa, 07 November 2023

planetesimal (galaksi alhamdulillahirobbil alamin yang sudah berubah)

 
in english wikipedia

Planetesimal

From Wikipedia, the free encyclopedia
Debris disks detected in HST archival images of young stars, HD 141943 and HD 191089, using improved imaging processes (24 April 2014).[1]
486958 Arrokoth, the first pristine planetesimal visited by a spacecraft.

Planetesimals /plænɪˈtɛsɪməlz/ are solid objects thought to exist in protoplanetary disks and debris disks. Per the Chamberlin–Moulton planetesimal hypothesis, they are believed to form out of cosmic dust grains.[dubious ] Believed to have formed in the Solar System about 4.6 billion years ago, they aid study of its formation.

Formation[edit]

A widely accepted theory of planet formation, the so-called planetesimal hypotheses, the Chamberlin–Moulton planetesimal hypothesis and that of Viktor Safronov, states that planets form from cosmic dust grains that collide and stick to form ever-larger bodies. Once a body reaches around a kilometer in size, its constituent grains can attract each other directly through mutual gravity, enormously aiding further growth into moon-sized protoplanets. Smaller bodies must instead rely on Brownian motion or turbulence to cause the collisions leading to sticking. The mechanics of collisions and mechanisms of sticking are intricate.[2][3] Alternatively, planetesimals may form in a very dense layer of dust grains that undergoes a collective gravitational instability in the mid-plane of a protoplanetary disk—or via the concentration and gravitational collapse of swarms of larger particles in streaming instabilities.[4] Many planetesimals eventually break apart during violent collisions, as 4 Vesta[5] and 90 Antiope may have,[6] but a few of the largest ones may survive such encounters and grow into protoplanets and, later, planets.

Planetesimals in the Solar System[edit]

It has been inferred that about 3.8 billion years ago, after a period known as the Late Heavy Bombardment, most of the planetesimals within the Solar System had either been ejected from the Solar System entirely, into distant eccentric orbits such as the Oort cloud, or had collided with larger objects due to the regular gravitational nudges from the giant planets (particularly Jupiter and Neptune). A few planetesimals may have been captured as moons, such as Phobos and Deimos (the moons of Mars) and many of the small high-inclination moons of the giant planets.

Planetesimals that have survived to the current day are valuable to science because they contain information about the formation of the Solar System. Although their exteriors are subjected to intense solar radiation that can alter their chemistry, their interiors contain pristine material essentially untouched since the planetesimal was formed. This makes each planetesimal a 'time capsule', and their composition might reveal the conditions in the Solar Nebula from which our planetary system was formed. The most primitive planetesimals visited by spacecraft are the contact binary Arrokoth.[7]

Definition of planetesimal[edit]

The word planetesimal is derived from the word infinitesimal and means an ultimately small fraction of a planet.

While the name is always applied to small bodies during the process of planet formation, some scientists also use the term planetesimal as a general term to refer to many small Solar System bodies – such as asteroids and comets – which are left over from the formation process. A group of the world's leading planet formation experts decided at a conference in 2006[8] on the following definition of a planetesimal:

A planetesimal is a solid object arising during the accumulation of orbiting bodies whose internal strength is dominated by self-gravity and whose orbital dynamics is not significantly affected by gas drag. This corresponds to objects larger than approximately 1 km in the solar nebula.

Bodies large enough not only to keep together by gravitation but to change the path of approaching rocks over distances of several radii start to grow faster. These bodies, larger than 100 km to 1000 km, are called embryos or protoplanets.[9]

In the current Solar System, these small bodies are usually also classified by dynamics and composition, and may have subsequently evolved[10][11][12] to become comets, Kuiper belt objects or trojan asteroids, for example. In other words, some planetesimals became other types of body once planetary formation had finished, and may be referred to by either or both names.

The above definition is not endorsed by the International Astronomical Union, and other working groups may choose to adopt the same or a different definition. There is also no exact dividing line between a planetesimal and protoplanet.[citation needed]